RSS

Gas Bio, Sumber Energi Alternatif di Masa Mendatang

24 Nov
Salah satu tempat percontohan gas bio

R Erly Risandy, S.Pt

Sewaktu harga bahan bakar naik seperti bensin, solar, minyak tanah dan ketika tarif listrik pun dinaikan, maka seluruh rakyat terutama yang berpenghasilan menengah ke bawah menjadi panik. Mahasiswa dan rakyat pun menjadi gusar dan marah. Mereka berdemo menuntut pemerintah agar segera menurunkan harga komoditas tersebut. Pemerintah pun menanggapinya dengan cara memberikan subsidi sementara bagi bahan bakar minyak (BBM) dan juga dengan tidak menaikan tarif listrik di bawah 900 W. Untuk sementara masyarakat lega karena tindakan pemerintah tersebut. Namun lagi-lagi masyarakat pun menjadi  panik ketika BBM menjadi langka di pasaran. Antrean panjang pun segera terjadi di hampir setiap SPBU yang kebetulan masih memiliki stok penyimpanan.

Melihat kenyataan itu semua, rupanya perlu dipikirkan oleh kita bagaimana mencari sumber energi alternatif untuk mengganti kedua komoditas tersebut. Selain itu Pertamina sebagai pelaku tunggal dalam penyediaan BBM perlu untuk ditinjau kembali. Sudah tidak zamannya lagi sekarang ada monopoli dalam dunia perdagangan, termasuk dalam hal penyediaan BBM. Pemerintah sebaiknya memperbolehkan perusahaan asing untuk ikut bagian dalam hal tersebut.

Terlepas dari itu semua, banyak orang sekarang yang mencoba untuk mencari sumber energi alternatif, dimana sumber energi yang ada sekarang ini diperkirakan akan menipis dan bahkan habis pada 50 tahun yang akan datang. Selain murah, mudah didapatkannya, sumber energi tersebut pun haruslah ramah lingkungan. Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber energi yang ada sekarang ini terdiri dari sumber energi yang konvensional dan sumber energi yang non konvensional. Yang termasuk ke dalam sumber energi yang konvensional diantaranya yaitu kayu, minyak bumi dan batu bara. Sumber energi ini memiliki banyak kelemahan yaitu non reversible, dapat menimbulkan polusi dari asapnya serta langka dan termasuk mahal. Sedangkan yang termasuk ke dalam sumber energi yang non konvensional atau alternatif yaitu sinar matahari, angin, air, panas bumi, nuklir dan juga biomass. Kesemua sumber energi tersebut pun memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Yang menjadi trend belakangan ini yaitu mengenai gas bio. Selain dapat dijadikan sebagai sumber energi, dalam proses pembuatannya pun gas bio membawa manfaat lain yaitu dapat membantu mengatasi permasalahan sampah dan limbah organik yang kian hari semakin bertambah banyak dan menjadi semakin sulit untuk mengatasinya. Pengelolaan limbah dirasakan penting karena menyangkut beberapa aspek, diantaranya yaitu ditinjau dari aspek kelayakan. Dilihat  dari segi ekonomis, pengelolaan limbah dapat menghasilkan suatu keuntungan dimana input yang kita dapatkan yaitu secara gratis, prosesnya tidak terlalu sulit, dan hasil olahannya pun bernilai ekonomis. Dari segi ekologis, dimana pengelolaan limbah ini berhubungan dengan UU LH No.23 tahun 1997 dan UU LH tahun 1982. Diharapkan lambat laun permasalahan sampah dan limbah akan segera teratasi seiring dengan diproduksinya gas bio tersebut.

Gas bio sendiri yaitu suatu jenis gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dapat dibakar, yang dapat terbentuk dari timbunan arang batu, limbah pertanian basah, kotoran hewan dan manusia, yang diproduksi melalui proses fermentasi anaerob. Kotoran hewan yang dapat digunakan sebagai bahan mentah yaitu kotoran sapi, kerbau, babi dan ayam. Gas bio sendiri dapat dibakar karena mengandung gas metan (CH4) dan mempunyai nilai energi 4800-6700 kcal/m3. Gas yang dihasilkan dari suatu instalasi sederhana terdiri dari 56% gas metan dengan nilai kalor 24.000/m3 pada tekanan 1 atm; sedang 7,6 liter gas metan pada tekanan 500 psi setara dengan 7,6 liter minyak tanah. Gas metan murni terbakar pada campura 91% udara dan 9% gas metan; sedangkan gas metan tidak murni seperti dalam digester terbakar pada campuran 93% udara dan 7% gas metan tidak murni.

Sebetulnya gas bio pun dapat dihasilkan juga dari proses fermentasi aerob. Prosesnya yaitu BO  aerob + m.o. CO2 + NH3 + humus + panas langsung, sedangkan pada proses fermentasi anaerob BO anaerob + mo CH4 + CO2 + NH3 + H2S + CO + Sludge (Padat dan cair).

Pada instalasi yang sederhana, 3 komponen yang utama yaitu terdiri dari:
1. Tanki pencerna

Tanki pencerna merupakan tempat proses pembusukan kompos sehingga menghasilkan gas metan. Biasanya untuk daerah pedesaan dibuat dari drum atau tong bekas. Syaratnya yaitu ukurannya besar sesuai dengan jumlah gas yang diproduksi, tertutup rapat dan dapat menahan tekanan, tidak tembus cairan atau gas, tahan terhadap pengkaratan atau korosi, dan mudah diurus.

2. Tanki gasometer

Fungsinya yaitu untuk menampung dan menyimpan gas. Terdiri dari 2 bagian yaitu penadah bawah yang berisi air dan bagian atas yang merupakan tanki terbalik yang dapat naik turun sesuai dengan jumlah gas yang terdapat di dalamnya.

3. Pipa-pipa untuk penyaluran gas ke tempat-tempat yang diinginkan

Sistem produksi gas bio dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya, yaitu pengisian curah (fixed) dan pengisian kontinyu. Sistem pengisian curah (fixed) berkembang pertama kali di Cina dimana design instalasi yang pertama dibuat dari tanah liat dan bentuknya seperti teko. Karena sering pecah, maka designnya pun kemudian dirubah. Sistem pengisian curah  yaitu cara penggantian bahan dilakukan dengan mengeluarkan sisa bahan  yang sudah dicerna dari tanki pencerna setelah produksi gas bionya berhenti, selanjutnya mengisikan bahan baku yang baru. Sedangkan sistem pengisian kontinyu yaitu pengisian bahan baku baru ke dalam tanki pencerna dilakukan langsung tanpa mengeluarkan dahulu bahan yang sudah dicerna setelah tiga hingga empat minggu sejak pengisian awal.

Faktor yang menentukan produktivitas dan kualitas produksi dibagi menjadi 2 bagian yaitu  faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk ke dalam faktor internal yaitu optimalisasi bahan kering, perbandingan C/N masukan, m.o. starter dan keasaman (pH). Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal yaitu temperatur, pencacahan, pengadukan/homogenisasi, manajemen dan bahan toksik.

Fase pembentukan gas bio melewati 3 tahapan yaitu fase hidrolisis (pelarutan m.o. fakultatif), fase pengasaman (pembentukan asam laktat dan asam butirat) dan fase pembentukan (CO2 + CH4 ). Karakteristik gas yang ada di dalam gas bio yaitu CH4 (34-70%), CO2 (45-72%), NH3 (0,5-3,0%), CO (0,1%), dan H2S (sedikit sekali).

Melihat begitu besarnya manfaat dan potensi dari gas bio, maka selayaknyalah hal tersebut untuk kita pertimbangkan dan dikembangkan. Selain dapat digunakan sebagai bahan bakar, gas bio pun dapat ditranformasikan menjadi energi listrik untuk penerangan, sludgenya dapat dipakai sebagai pupuk dan juga membantu dalam menanggulangi masalah sampah dan limbah organik. Untuk itu dibutuhkan sebuah prototipe yang sederhana yang dapat digunakan dalam skala rumah tangga. Diharapkan lambat laun ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi yang ada dapat berkurang. Dengan demikian maka kebutuhan masyarakat akan energi dapat terpenuhi disamping energi yang dihasilkannya pun ramah lingkungan sehingga dapat menjaga kelestarian alam. ***

dari : http://www.harapanrakyat.com/berita-baru/gas-bio-sumber-energi-alternatif-di-masa-mendatang

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada November 24, 2010 inci TEKNOLOGI

 

2 responses to “Gas Bio, Sumber Energi Alternatif di Masa Mendatang

  1. anang

    November 25, 2010 at 7:33 am

    dari alam untuk alam.. bukan dari alam untuk merusak alam. hidup biogas..

     
    • galuhrahayujogja

      November 25, 2010 at 8:57 am

      siap kita jadikan sampah sebagai sumber energi…. dari sampah untuk kemaslahatan………..

       

Tinggalkan komentar